Syamsuddin, Angkatan 15 Putra (1992-1998)
Sudah menjadi agenda rutin tahunan bagi pengurus IPM ranting Darul Arqam untuk mengadakan SCADA (Sport, Science, and Art Competition of Darul Arqam)/Muharraman, baik dalam olahraga, seni maupun dalam bidang lainnya. Karena ajang tersebut merupakan ajang paling bergengsi dan prestisius buat masing-masing angkatan untuk unjuk kebolehan baik dalam bidang olahraga maupun dalam bidang lainnya.
Di antara olahraga yang paling bergengsi dan prestisius adalah olahraga basket (ada juga olahraga yang bergengsi lainnya seperti sepak bola dan pingpong). Mengapa basket disebut olahraga bergengsi dan sangat prestisius? Karena olahraga ini ditonton oleh hampir seluruh santri baik dari kalangan putra maupun putri. Pada waktu itu saya duduk dikelas 6 (red: FBC) dan menjadi salah satu pemain basket di kelas. Waktu itu kami di Final bertemu dengan kelas 4 (red: BIG).
Pertandingan dimulai kira-kira pukul 13.30 WIB dan berjalan menarik, alot, dan susulmenyusul angka pun terjadi. Sampai sebuah insiden antara saya dengan Uwah (angkatan BIG), cek-cok mulut pun terjadi sampai pertandingan diberhentikan sementara. Setelah beberapa saat keadaan mulai adem, tiba-tiba entah dari mana asalnya keributan terjadi kembali. Kali ini melibatkan panitia (yang waktu itu angkatan HFC) dengan salah satu teman kami. Umpatan demi umpatan membahana ke seantero lapangan basket sampai akhirnya pak Iyet Mulyana (yang waktu itu Kepala Madrasah Aliyah) membubarkan pertandingan tersebut.
Dan di sinilah inti ceritanya. Selesai Ashar kami kelas 4, 5, dan 6 dikumpulkan di masjid untuk Islah dengan dipimpin langsung oleh K.H. Moh. Miskun. Waktu itu (alm.) Babeh sampai menitikan airmatanya dan menangis. “Jang, mun geus teu betah mah, baralik we..” Kami tersentak, terdiam, dan ngabedeb tanpa sepatah katapun keluar dari mulut kami. Merasa bersalah itu pasti. Ada beberapa yang menitikkan airmata. Akhirnya kamipun sepakat untuk saling memaafkan. Selanjutnya olahraga yang berbenturan fisik pun dibubarkan oleh panitia dengan kesepakatan menjadi juara bersama. Pada masa itu (kelas 6) kami berhasil menjadi juara umum untuk yang kedua kalinya. Mungkin ini pencapaian terbaik dari semua kalangan angkatan karena sangat jarang satu angkatan berhasil menjadi juara umum sampai 2 kali. (Eddun, narsis abeesss! –Ed.) Mungkin inilah salah satu peristiwa yang terekam didalam memori saya yang sangat membekas. Tentunya masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lainnya yang menjadi pengalaman unik dan lucu. Hatur nuhun.
Tulisan pernah dipublish juga di Capruk for The Soul #1